BONTANG. Sebagai wujud kepedulian terhadap kesejahteraan karyawan, PT Indominco Mandiri (IMM) kembali menyelenggarakan kegiatan Inhouse Training “Happy Retirement Pension 2027” Fase 3 dari total 4 Fase di tahun 2025. Kegiatan Fase 3 ini berlangsung selama tiga hari, 4–6 November 2025, bertempat di Tropical Room, Hotel Grand Equator, Kota Bontang, dan diikuti oleh 33 pasangan (suami istri) yang merupakan keluraga besar karyawan IMM yang akan memasuki masa pensiun pada tahun 2027. Selanjutnya pada Fase ke 4 dalam bentuk field trip di luar Kota Bontang
Program Happy Retirement merupakan bentuk komitmen PT IMM dalam mempersiapkan karyawan menghadapi masa purna bakti secara matang, dengan harapan mereka tetap dapat hidup mandiri, sehat, dan sejahtera setelah tidak lagi aktif bekerja. Program ini sudah dijalankan sejak dua tahun sebelum masa pensiun dan terdiri dari tiga Fase pembelajaran serta satu Fase tambahan berupa study trip yang merupakan Fase 4.
Dalam sambutannya, Mine Head & Kepala Teknik Tambang PT IMM, Eddy Susanto, menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan sekadar pelatihan, melainkan investasi jangka panjang bagi karyawan. Dikatakannya, PT IMM berkomitmen untuk memberikan pelatihan persiapan pensiun dengan harapan bahwa sustainable economy karyawan PT IMM tetap stabil sejak masih menjadi karyawan hingga pasca pensiun.
“Perusahaan ingin memastikan setiap karyawan memiliki bekal mental, finansial, dan keterampilan untuk tetap produktif di masa purna bakti. Kami percaya bahwa karyawan yang bahagia di masa pensiun adalah cerminan keberhasilan perusahaan dalam membangun sumber daya manusia yang berdaya,” ujar Eddy Susanto.
Sebagai bentuk sinergi antara dunia industri dan pemerintah, PT IMM melibatkan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Bontang dalam memberikan edukasi mengenai legalitas usaha dan tata cara pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB).
HR Head PT IMM, Setyawan, menyampaikan bahwa kerja sama dengan instansi pemerintah sudah menjadi bagian penting dari program pengembangan sumber daya manusia di PT IMM.
“Sejak tahun 2020, dalam setiap kegiatan Inhouse Training, kami selalu melibatkan pemerintah sebagai narasumber, termasuk DPMPTSP. Hal ini penting agar peserta mendapat pemahaman yang tepat dan legal tentang cara memulai usaha,” ujar Setyawan.
Melalui kehadiran DPMPTSP, peserta pelatihan mendapat bimbingan langsung tentang prosedur pembuatan izin usaha secara online melalui sistem Online Single Submission (OSS). Kepala DPMPTSP Kota Bontang, Aspianur, yang hadir sebagai narasumber, menyampaikan bahwa proses perizinan kini sangat mudah diakses.
“Kami ingin masyarakat, termasuk para calon pensiunan, tidak lagi takut mengurus legalitas usaha. Dengan sistem OSS, pembuatan NIB bisa diselesaikan dalam waktu singkat, baik secara online maupun langsung di Mal Pelayanan Publik lantai 4 Rawai Indah,” jelas Aspianur.
Menariknya, pada Fase ketiga ini peserta juga mendapatkan materi tambahan dari Prof. Rubiyo, peneliti utama bidang kakao dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Ia dikenal sebagai ahli pengembangan Bibit unggul kakao Nasional yang telah puluhan tahun meneliti dan mengembangkan varietas unggul bersertifikat.

Prof. Rubiyo pada saat memberikan pembekalan tentang pengelolaan perkebunan kakao. (FOTO: Doc. PT IMM)
Dalam sesi tersebut, Prof. Rubiyo memberikan pembekalan tentang pengelolaan perkebunan kakao, di antaranya, cara mengenali bibit unggul nasional yang baru dirilis dan sudah disertifikasi oleh Kementerian Pertanian dan BRIN, strategi desain kebun polikultur, yang memadukan tanaman kakao dengan tanaman pelindung seperti kelapa, Pisang, dan tanaman produktif lain untuk mengurangi risiko kegagalan panen, teknik pengelolaan lahan agar kakao dapat tumbuh optimal di berbagai kondisi tanah, termasuk di Kalimantan Timur yang selama ini dianggap kurang cocok, dan potensi nilai ekonomi tinggi dari kakao, baik dijual sebagai biji (bean), produk olahan, maupun cokelat jadi (bar).
“Kalimantan Timur sangat potensial untuk pengembangan kakao karena kondisi lahan dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman melalui rekayasa dan pemupukan yang tepat. Kakao juga tergolong tanaman konservasi yang berfungsi menyimpan air tanah dan membantu menjaga keseimbangan lingkungan,” terang Prof. Rubiyo.
Kegiatan bersama Prof. Rubiyo ini menjadi bagian lanjutan dari rangkaian edukasi perkebunan nasional BRIN, yang sebelumnya telah dilakukan di Sulawesi Selatan dan Bontang. Pada Fase sebelumnya, peserta juga mendapat materi dari Prof. Sikstus Gusli, pakar fisika tanah Indonesia dan sekaligus sebagai Pembina Assosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO), yang memberikan pemahaman “Assesment Kualitas Lahan dan Tanah untuk Produksi Tanaman Berkelanjutan”. Materi dari 2 orang Profesor, adalah terintegrasi, dimana Prof Sikstus Gusli fokus pada pengenalan kualitas lahan dan tanah, sedangkan Prof Rubiyo fokus pada pengenalan bibit unggul nasional, cara budidaya, yang sangat menentukan hasil panen optimal.
Pada Fase 3 juga dihadiri narasumber Praktisi & Pengusaha Peternakan Ayam Petelur dari Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan, yang dikenal sebagai pusat produsen telur terbesar di Indonesia Timur, Mahmud Yusuf. Kehadirannya secara sukarela untuk memberikan inspirasi bahwa Ternak Ayam Petelur adalah sebuah potensi usaha yang memiliki market yang sangat besar untuk mendukung program Nasional, yaitu MBG maupun kebutuhan harian Kota Bontang. Hal ini merupakan bagian dari program kolaborasi dengan Pemerintah dan Perusahaan Swasta dalam bentuk “IKA Unhas Mengabdi”.
Karena peternakan sangat relevan dengan program ketahanan pangan terutama dengan tanaman jagung sebagai pakan ternak, maka telah hadir juga Dinas Ketahanan Pangan Perikanan & Pertanian Kota Bontang untuk memberikan inspirasi tentang potensi program ketahanan pangan sebagai alternatif usaha persiapan pensiun.
Sebagai People Development sekaligus fasilitator dan perancang kegiatan pelatihan, Hainun menjelaskan bahwa Happy Retirement didesain untuk membantu peserta menghadapi masa transisi menuju pensiun secara menyeluruh, baik dari sisi emosional, finansial, maupun rencana wirausaha.
“Kami ingin peserta siap menghadapi masa pensiun dengan percaya diri. Di Fase ini mereka dibekali ilmu tentang financial planning, smart investment, hingga langkah praktis memulai usaha dengan legalitas yang benar,” terang Hainun.
Pada Fase 1 dan 2, telah diajarkan tetang Developing Postive Mindset, yaitu mengenal dan Mengatasi Gejala Post-Power Syndrome serta Money Management Skillset, sehingga bisa menghitung Kebutuhan Hidup Di Masa Pensiun, dan Individual Retirement Plan (IRP). Selain itu, juga melibatkan narasumber dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk memastikan keamanan asset, DPUPR untuk perijinan PBG-SLF untuk membangun fasilitas usaha, BPJS ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan, Hendra Mart, dan lainnya
Hainun menambahkan, hasil self assessment yang dilakukan dua bulan sebelum kegiatan inhouse training dilakukan untuk mendesain materi yang customize dengan kebutuhan peserta. Dimana hasil Self Assessment Pensiun 2027 ini menunjukkan bahwa 70 % peserta akan bergerak dibidang Pertanian, Perkebunan, sisanya peternakan, perikanan, fashion, jasa, UMKM kuliner. Oleh karena itu, materi terkait legalitas usaha dari DPMPTSP dan peluang usaha kakao dari BRIN menjadi bagian penting dari Fase ketiga program ini. Bahkan, beberapa peserta menyatakan ketertarikannya untuk membangun kebun induk sebagai sumber benih unggul.
Program Happy Retirement menjadi bukti nyata komitmen PT IMM dalam memastikan setiap karyawan tidak hanya siap pensiun, tetapi juga mampu menjalani masa purna bakti dengan kualitas hidup yang baik. Melalui kolaborasi antara pemerintah daerah, lembaga riset nasional (BRIN), dan dunia industri, kegiatan ini diharapkan membantu para peserta mencapai empat tujuan utama program, health, happy, wealth, and sustainable, yaitu hidup sehat, bahagia, sejahtera, dan berkelanjutan.