SANGATTA. Literasi digital merupakan benteng dalam menyaring berita bohong atau hoaks di tengah masyarakat. Hal ini lah yang gencar diperkuat Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian (Diskominfostaper) Kutai Timur (Kutim) saat ini dalam menangkal penyebarannya.
Kepala Diskominfo Staper Kutim, Ronny Bonar, menegaskan bahwa kemampuan masyarakat dalam memahami, memilah, dan memverifikasi informasi menjadi kunci menekan penyebaran berita bohong atau hoaks.
“Kalau masyarakat punya pengetahuan, mereka tidak mudah terpengaruh informasi hoaks,” tegasnya, Selasa (25/11/2025).
Ronny menjelaskan era digital memang membawa kemudahan sekaligus tantangan besar bagi pemerintah daerah. Informasi yang beredar sangat cepat dan sulit dibendung, sehingga masyarakat perlu dibekali pemahaman tentang cara menilai kebenaran suatu konten.
“Bukan hanya edukasi tatap muka, tetapi juga lewat kanal digital resmi seperti Instagram, Facebook, maupun video conference,” jelasnya.
Berbagai program literasi digital terus digencarkan, mulai dari sosialisasi langsung, pembuatan konten edukatif, hingga kolaborasi dengan komunitas dan lembaga pendidikan.
Kata Ronny, membangun kemampuan berpikir kritis adalah langkah fundamental. Ia menekankan kebiasaan melakukan verifikasi informasi merupakan cara paling efektif untuk memutus rantai penyebaran hoaks.
“Kalau masyarakat terbiasa cek dan ricek, hoaks tidak akan laku,” katanya.
Literasi digital kini bukan sekadar tren, tetapi sudah menjadi kebutuhan pokok untuk melindungi masyarakat dari manipulasi informasi, provokasi, dan konten yang menyesatkan.
“Literasi digital adalah investasi jangka paucapny,” ucapnya.